Separuh Sajadah

Pagi itu, Umar, melakukan hal yang biasa dia lakukan setiap hari. Memalak pejalan kaki di sekitar jalan desanya. Umar adalah seorang preman yang cukup terkenal akan kelakuannya. Memalak setiap pejalan kaki bahkan warga desanya sendiri. Dia anak dari seorang janda tua, Ibu Umaisaroh. Meski kelakuannya begitu, Umar sebenarnya paham agama. Cuma dia malas melaksanakannya. Makanya dia jadi seperti itu. Biar preman, Umar sangat menyayangi ibunya.
Suatu ketika, seorang pemuda tak sengaja lewat di depan Umar. Saat ini adalah hari terakhir bulan Ramadhan. Pemuda itu adalah Usman. Pemuda pindahan yang baru saja pindah ke desa Umar. Seperti sudah kebiasaan, Usman pun dipalak Umar.
“Bang, Uang jalan bang … ! Cepat … !” Umar memalak Usman.
“Maaf mas, ada apa ya ?” Usman bertanya kepada Umar.
“Banyak Cingcong ini ! Udah, uang mana uang ?!”
“Maaf mas. Saya lagi nggak bawa dompet.”
“Ah, alasan. Bro !! Geledah Bro !!" Umar menyuruh kedua temannya menggeledah Usman. Mulai dari baju koko putihnya sampai tasnya. Mereka tak menemukan uang apapun. Di dalam tas Usman hanya terdapat laptop. Teman - teman Umar menunjukkan laptop tersebut kepadanya. Umar menyuruh mereka memasukkannya lagi.
"Lo miskin ya ?!!" Umar menunjuk ke Usman. Dugh ! Umar mendaratkan pukulan ke perut Usman. Seketika juga Usman memegang perutnya karena menahan sakit.
"Udah, pergi sana !!" Umar menyuruh Usman segera pergi.
"Assalamu-alai-kum." Usman pergi dengan mengucap salam, sambil memegangi perutnya menahan sakit.
"Wa'alaikum salam." Umar menjawab salam. Dia iangat pesan ibunya. Kalau ada yang mengucap salam, dia wajib menjawab. Usman sejenak berpikir. Koq, preman bisa menjawab salam ? Mungkin dia baik, cuma salah arah. Itulah yang dipikirkan Usman. Dia pun pulang ke rumah sambil terus memegang perutnya.....
Malam itu, saat gema Takbir berkumandang, Umar pulang ke rumah. Karena biasanya memang Umar tidak pernah pulang larut malam. Soalnya Ibunya sendirian di rumah.
"Assalamu'alaikum. Lho ?!! Ada tamu, bu ?" Umar pulang ke rumah dan mendapati kalau sedang kedatangan tamu.
"Wa'alaikum salam." Sang ibu menjawab. "Iya, kenalin Mar, ini nak Usman. Dia baru pindah ke desa kita."

Umar agak terkejut saat Usman berbalik badan dan melihat bahwa tamunya ternyata adalah orang yang dipukulnya tadi pagi. Usman pun berdiri. Tersenyum, menyodorkan tangannya dan memperkenalkan diri kepada Umar dengan menyebutkan namanya. Umar tak menjabat tangan Usman. Dia agak terdiam.
"Udah kenal !" Tanpa menjabat tangan Usman, Umar berlalu menuju kamarnya. Usman sebenarnya berkunjung hanya untuk silaturahmi ke seluruh penduduk desa karena dia orang baru di desa tersebut. Usman kembali duduk dan melanjutkan ngobrol dengan Bu Umaisaroh.
"Lho ? Udah saling kenal ?" Bu Umaisaroh bertanya.
"Tadi pagi tidak sengaja berpapasan bu." Usman menjawab dengan ramahnya tanpa menceritakan kejadian yang sebenarnya.
"Umar itu sebenarnya anak baik. Cuma pergaulannya aja yang kurang bener, nak Usman."
"Saya tahu kok, Bu. Saat pertama bertemu juga sya lihat Umar itu anak yang baik." Mereka berdua melanjutkan mengobrol. Tanpa diketahui mereka, ternyata Umar mendengarkan percakapan mereka dari dalam kamar....
Esok paginya, para penduduk desa berbondong - bondong menuju masjid untuk melaksanakan sholat Idul Fitri. Begitu juga Bu Umaisaroh beserta Umar. Pakaian Umar ala kadarnya. Bercelana jeans dan berkaos saja. Di dalam masjid banyak yang tidak menyapa Umar. Karena mungkin mereka terlalu tidak suka dengan kelakuan Umar setiap harinya.

Saat sholat hendak berlangsung, tak ada yang mau berbagi sjadah dengan Umar. karena Umar juga tidak membawa sajadah, akhirnya dia menutupi lantai masjid yang terbuat dari ubin bukan keramik itu dengan slayernya. Saat hendak Takbiratul Ihram, tak diduga ada yang membentangkan sajadah di atas slayer Umar. Dia terkejut. Ditolehnya ke samping. Ternyata orang tersebut adalah Usman. Dia menatap Usman. Usman hanya tersenyum dan keduanya melanjutkan sholat Idul Fitri.

Setelah sholat dan ceramah selesai, Umar menyalami tangan Usman dan meminta maaf.

"Maafkan Saya. Maafkan kesalahan sya kemarin." Umar meminta maaf dengan sedikit menangis.

"Nggak ada yang perlu dimaafkan. Sejak awal saya tidak punya dendam dengan Umar." Usman menjawabnya dengan ramah. "Jika boleh saya tahu, kenapa anda suka memalak orang lewat ?"

"Sebenarnya saya tidak diterima kerja dimanapun." Umar menjawab. "Jadi saya memalaki orang - orang, karena kasihan lihat ibu saya kalau harus kerja. Jadi uang hasil palakan saya sebagian buat menghidupi Ibu saya."

"MasyaAllah..." Usman mengelus dada. "Kalau nak Umar mau kerja, sama saya saja. Bisa hitung uang kan ? Rencananya saya mau buka warnet di sini. Kalau Umar mau, nanti bisa saya kasih kerja buat jaga warnet. Gimana mau ?"

"Ini beneran ?" Umar serasa tak percaya. usman pun mengangguk. "Terima kasih. Terima kasih." Umar tak hentinya minta maaf dan berterima kasih.

"Selamat ya nak Umar. Kamu sudah dapat kerja. Semoga nggak malakin orang lagi." Salah seorang bapak - bapak berkata sesuatu kepada Umar.

"Bapak - bapak ??!!" Umar menoleh ke sumber suara.

"Kami sudah tahu kalau kamu malakin orang itu ada alasannya. Kami nggak dendam kok, hehe." Salah seorang Bapak menambahi.

"Bapak - bapak, Terima kasih." Umar meneteskan air mata.

Malamnya, Umar dan Ibunya silaturahmi ke rumah Usman. Umar memakai busana muslim putih yang membuatnya tampak lebih gagah. Dan malam itu juga Umar berkeliling desa untuk meminta maaf kepada seluruh penduduk dea. Hingga seterusnya, Umar si pemalak tak lagi mengorbit di jalanan.

Subhanallah, hanya dengan separuh sajadah, dapat meluluhkan hati seorang preman pemalak dan hati penduduk yang begitu membenci sang preman menjadi hati yang murah dan pemaaf.

 ----

Ciri calon penghuni surga itu ada 3 yaitu :
1. Memberi kepada orang yang tidak pernah memberimu.
2. Menjalin silaturahmi kepada orang yang memutus tali silaturahmi denganmu.
3. Memaafkan orang yang pernah menyakiti hatimu.

Semoga kita termasuk orang - orang yang beruntung.
Amin... ^_^

0 komentar:

Posting Komentar