Kamis, 10 April 2014

Rambut Ayah Dan Ibu Mulai Memutih

Engkau ingat, Ibu, Engkau mengandungku dari aku masih janin hingga aku bayi, 9 bulan lamanya dalam rahimmu. Tak pernah kau gusar merawatku. Tak pernah kau menyesal akan kehadiranku. Tak pernah marah meski sesekali ku menendang – nendang dalam perutmu. Justru Engkau tersenyum bahagia sekali dengan tingkahku.
Engkau Ingat, Ayah, Engkau berkerja banting tulang. Mencari penghidupan demi menjaga asupan untuk diriku. Yang tengah bertanya – tanya, siapa orang tuaku ? seperti apakah wajah mereka ? Karena sekelilingku masih dinding rahim Ibu yang melindungiku. Dan masih terjaga dari hembusan dunia luar.
Kini aku telah mengeja kata, menghitung angka dan menabung langkah. Aku juga telah mengenal wajah. Wajah kalian. Memahami segala perasaan dari cahayamu. Senang, sedih, marah, bahagia dan senyuman. Semua yang kalian curahkan hanya untukku. Dengan berjuta kasih sayang. Meski terkadang sesekali aku membuat kesal. Karena menuruti egoku yang penuh api, aku sampai pernah membuatmu menitikkan air mata. Namun kalian tetap mencurahkan segalanya untukku.
Sekarang aku tengah di perantauan. Mendaki gunung kehidupan untuk menuju puncak kemenanga. Dorongan dan semangat kalian telah membawaku hingga saat ini. Begitu besar jasa kalian, yang takkan pernah bisa kubalas semuanya. Meski segunung emas permata kuberikan,itu pun mungkin secuil dari apa yang telah kalian berikan kepadaku hingga kini. Hingga ku dapat berjalan sendiri dan terlepas dari belenggu utnuk mulai menjajak di tanah baru.
Ayah, Ibu, kini rambutmu telah memutih. Saatnya untuk dirimu mengistirahatkan punggungmu. Dan saatnya aku menggendongmu. Membawamu menjalani segala pahit manis yang diberikan Tuhan kepada kita. Hingga pada akhirnya aku bisa membalas budi kalian, meski nantinya sampai rambutku ikut memutih dan habis termakan usianya. Hanya satu yang ku ingin, untuk kebahagiaan kalian. :’)

0 komentar:

Posting Komentar