Engkau
ingat, Ibu, Engkau mengandungku dari aku masih janin hingga aku bayi, 9 bulan lamanya
dalam rahimmu. Tak pernah kau gusar merawatku. Tak pernah kau menyesal akan
kehadiranku. Tak pernah marah meski sesekali ku menendang – nendang dalam
perutmu. Justru Engkau tersenyum bahagia sekali dengan tingkahku.
Engkau
Ingat, Ayah, Engkau berkerja banting tulang. Mencari penghidupan demi menjaga
asupan untuk diriku. Yang tengah bertanya – tanya, siapa orang tuaku ? seperti
apakah wajah mereka ? Karena sekelilingku masih dinding rahim Ibu yang
melindungiku. Dan masih terjaga dari hembusan dunia luar.
Kini
aku telah mengeja kata, menghitung angka dan menabung langkah. Aku juga telah
mengenal wajah. Wajah kalian. Memahami segala perasaan dari cahayamu. Senang,
sedih, marah, bahagia dan senyuman. Semua yang kalian curahkan hanya untukku.
Dengan berjuta kasih sayang. Meski terkadang sesekali aku membuat kesal. Karena
menuruti egoku yang penuh api, aku sampai pernah membuatmu menitikkan air mata.
Namun kalian tetap mencurahkan segalanya untukku.
Sekarang
aku tengah di perantauan. Mendaki gunung kehidupan untuk menuju puncak
kemenanga. Dorongan dan semangat kalian telah membawaku hingga saat ini. Begitu
besar jasa kalian, yang takkan pernah bisa kubalas semuanya. Meski segunung
emas permata kuberikan,itu pun mungkin secuil dari apa yang telah kalian berikan
kepadaku hingga kini. Hingga ku dapat berjalan sendiri dan terlepas dari
belenggu utnuk mulai menjajak di tanah baru.
Ayah,
Ibu, kini rambutmu telah memutih. Saatnya untuk dirimu mengistirahatkan
punggungmu. Dan saatnya aku menggendongmu. Membawamu menjalani segala pahit
manis yang diberikan Tuhan kepada kita. Hingga pada akhirnya aku bisa membalas
budi kalian, meski nantinya sampai rambutku ikut memutih dan habis termakan
usianya. Hanya satu yang ku ingin, untuk kebahagiaan kalian. :’)
0 komentar:
Posting Komentar