Butiran kristal berkumpul bersama mendung yang bergulung - gulung.
Mencair.dan meneteskan butiran yang membasahi pundakku. Sore ini, engkau
pun turun lagi. Wahai hujan.
Pesanmu, lewat tetes airmu mengalir di sela tepi dedaunan. Merambat
turun lewat tembok rumahku, menetes juga dari genting atapku, dan
menggenang di halaman rumahku. Awanmu menderu ungu di angkasa sana.
Anginmu menggebu bersama dinginnya hawa sore hari.
Hujan.
Kau biarkan airmu membasahi mereka yang kering. Mengaliri mereka yang
gersang. Membangunkan mereka yang murung. Melepaskan dahaga yang
menggerogoti relung - relung jalanan. Namun, apa yang telah kau dapat
dari semua itu ? Tak ada. Mungkin hanya senyuman. Tau mungkin justru
malah celaan yang tak henti - hentinya dilemparkan padamu. Karena
tetesanmu meruntuhkan semua rencana mereka. Kesenangan mereka.
Kepentingan mereka. Atau bahkan harapan mereka.
Hujan.
Gemuruhmu adalah ketegaranmu. Dengan beribu hujaman, kau tetap tak kenal
lelah mengirimkan rezeki. Menyampaikan pesan dari Tuhan. Menggenangkan
tiap kata dalam rintik - rintik. Menggoreskan kalimat tiap luapan. Dang
mengingatkan tiap kilatan.
0 komentar:
Posting Komentar