Minggu, 08 Juni 2014

Ketika Mawar Itu Mekar ...

Kuncup mawar itu masih tampak mungil.
Pertama kali aku menemukannya, dia tertunduk malu di antara tebaran kelopak bunga di taman. Warnanya merah cerah. Begitu kecil. Begitu mungil. Kuambil, dan kutaruh dia dalam pot bersama bunga lainnya. Bersama itu, kuharap dia berusaha berjuang untuk mengejar cita - citanya yaitu mekar laksana mahkota nirwana yang berkilauan, betapa indahnya.

Lalu bunga itu mulai tumbuh.
Hari demi hari, dia tampak lebih tinggi. Dari yang dulunya mungil, kini terlihat lebih bisa membanggakan. Dia mulai belajar mengendalikan emosi. Saat dia sendirian, menghadap pada Tuhannya, emosinya padam. Menyatu bersama hidayah-Nya. Dia mulai belajar sabar. Tatkala hingga menjadi besar, sedikit demi sedikit kesabaran itu memupuk untuk menumbuhkan. Dia mulai belajar mandiri. Tekadnya yang tegar berdiri. Meski sempit tempatnya menyendiri, dia tak lelah hati untuk mengerti bagaimana luasnya dunia ini dapat dijalani. Dan dia mulai belajar menghargai. Menghargai waktu, mengisinya dengan kegiatan dan hal - hal yang bermanfaat, meski terkadang hal tersebut bukanlah tugas yang bisa dilakukannya saat itu.

Dan Ketika mawar itu Mekar.
Sungguh Keajaiban. Dia mekar begitu indahnya. Begitu anggunnya. Betapa sungguh, seperti Bidadari turun dari Surga tatkala itu merekah. Dia begitu cantik dan manis. Kelopak merahnya mekar melebar. Begitu merah warnanya. Bagai hati yang tengah bahagia. Meski tumbuh duri, itu untuk melindunginya dari segala mara bahaya. Menunjukkan dia mampu mengatasi segala permasalahannya yang dia terima. Meski terkadang berat, dia mampu tersenyum bersama kemekarannya. Dan Mawar itu indah, kukembalikan ia bersama bunga lainnya di taman sana. Meski aku tak bisa memiliki, setidaknya dia berada di tempat yang tepat. Tempat dia nyaman bersama teman - temannya.

0 komentar:

Posting Komentar