Liku Sang Pejalan

Berjalan aku di sini untuk menapak menanjak lebih tinggi.
Meraih langit, diiringi Bulan dan Matahari.
Melangkah bersama bintang – bintang.
Setingkat lebih aku telah naik tebing terjal.
Merasa bahwa aku hampir mencapai langit itu.
Namun, segelintir kerikil terus melempariku.
Menghambatku dengan kerasnya.
Memaksaku untuk mengais sekeping emas.

Tanda tanya besar mencuat di dalam kepalaku.
Batu besar raksasa bertambah di atas pundakku.
Rantai besi hendak mengikatku dari bawah.
Dan enggan untuk mengikat para sampingku.

Satu jalan yang dapat dicapai.
Hanya harus menatapkan hati ke atas.
Tapi, hati ini telah kotor oleh dusta.
Merasa tak pantas bahwa aku pantas kembali.
Berjuta pintu terpampang di depan mata.
Namun tenaga untuk memutar kunci pintu itu.
Serasa tak berani untuk membukanya.

Langkahku masih tetap maju ke depan.
Kerikil tetap menyerangku.
Aku hanya dapat berharap dan terus berjalan.
Ku mencoba untuk kembali menjadi putih.
Putih bersih, tak bernoda.
Dengan segenap kemampuan yang tersisa di punggung ini.
Ku langkahkan kakiku untuk tetap maju ke depan.
Ke depan, menanjak.
Hingga ku raih langit itu.

0 komentar:

Posting Komentar