Rabu, 30 April 2014

Bunga

Senyuman itu begitu menyejukkan.

Engkau yang tumbuh bersama rumpun padi.
Mekar merekah, di antara ilalang – ilalang yang tinggi menjulang. Bersama bulir padi yang kering menguning, melantunkan syair kehidupan yang tumbuhkan keyakinan. Laksana mentari di nadi senja yang terbenam di balik reruntuhan.

Engkau berbinar di antara warna.
Indah. Terpancar kuat pesona mahkota yang kau berikan. Secerah itu, warnamu tak pernah redup, meski Mega bercampur menjadi gelap. Halangi cahaya. Namun terangmu tetap mempesona. Terbangkan angan melayang – layang di angkasa.

Engkau setangkai yang teguh berjuang.
Menapak jejaki Bumi. Hadapi segala panas hujan serta badai. Berjuta musim datang engkau tepis dengan semangat dan pengorbanan, dengan ilmu dan keberanian. Menghalau halang rintang, untuk mekar dan berkembang lebih, bersama kawan dan para sahabat.

Engkau semerbak mengisi ruang udara.
Keharumanmu, melebur bersama kelopak yang berterbangan. Berhembus di setiap helai dedaunan yang melambai malu. Namamu, selalu terbersit dalam nafas terhembus, dalam angin malam, dalam mimpi, imajinasi dan keajaiban, serta perasaan.

Engkau yang elok dalam pikiran.
Selalu. Munculkan bayang – bayang tulus. Bayang – bayang lucu. Bayang – bayang lugu. Dan khayalan penuh kilauan kelabu. Akarmu tertancap kuat dalam akal. Daunmu bertebaran lebat mengerumuni setiap sudut imajinasiku.

Engkau yang tumbuh di dalam hati.
Sejukkan diriku. Senyumkan hari – hari. Mengetuk kehampaan ruang kosong di sudut gelap tak bercahaya. Memberi semangat, meski hanya sekedip mata yang kau pancarkan. Aku ingin mengingat semuanya. Dan tak ingin kehilangannya.

Jadi, Bolehkah aku memetikmu ?

Selasa, 22 April 2014

Memilikimu

*Memilikimu

Saya mencintai sunset,
menatap kaki langit, ombak berdebum
Tapi saya tidak akan pernah membawa pulang matahari ke rumah,
kalaupun itu bisa dilakukan, tetap tidak akan saya lakukan

Saya menyukai bulan,
entah itu sabit, purnama, tergantung di langit sana
Tapi saya tidak akan memasukkannya dalam ransel,
kalaupun itu mudah dilakukan, tetap tidak akan saya lakukan

Saya menyayangi serumpun mawar
berbunga warna-warni, mekar semerbak
Tapi saya tidak akan memotongnya, meletakkannya di kamar
tentu bisa dilakukan, apa susahnya, namun tidak akan pernah saya lakukan

Saya mengasihi kunang-kunang
terbang mendesing, kerlap-kerlip, di atas rerumputan gelap
Tapi saya tidak akan menangkapnya, dibotolkan, menjadi penghias di meja makan
tentu masuk akal dilakukan, pakai perangkap, namun tidak akan pernah saya lakukan

Ada banyak sekali jenis cinta di dunia ini
Yang jika kita cinta, bukan lantas harus memiliki

Ada banyak sekali jenis suka, kasih dan sayang di dunia ini
Yang jika memang demikian, tidak harus dibawa pulang

Egois sekali, Kawan, jika tetap kau lakukan.
Lihatlah, tiada lagi sunset tanpa matahari
Tiada lagi indah langit tanpa purnama
Juga taman tanpa mawar merekah
Ataupun temaram malam tanpa kunang-kunang

Ada banyak sekali jenis cinta di dunia ini
Yang jika sungguh cinta, kita akan membiarkannya
Seperti apa adanya
Hanya menyimpan perasaan itu dalam hati

Selalu begitu, hingga akhir nanti.

Author : Tere Liye

Memilikimu

Saya mencintai sunset,
menatap kaki langit, ombak berdebum
Tapi saya tidak akan pernah membawa pulang matahari ke rumah,
kalaupun itu bisa dilakukan, tetap tidak akan saya lakukan

Saya menyukai bulan,
entah itu sabit, purnama, tergantung di langit sana
Tapi saya tidak akan memasukkannya dalam ransel,
kalaupun itu mudah dilakukan, tetap tidak akan saya lakukan

Saya menyayangi serumpun mawar
berbunga warna-warni, mekar semerbak
Tapi saya tidak akan memotongnya, meletakkannya di kamar
tentu bisa dilakukan, apa susahnya, namun tidak akan pernah saya lakukan

Saya mengasihi kunang-kunang
terbang mendesing, kerlap-kerlip, di atas rerumputan gelap
Tapi saya tidak akan menangkapnya, dibotolkan, menjadi penghias di meja makan
tentu masuk akal dilakukan, pakai perangkap, namun tidak akan pernah saya lakukan

Ada banyak sekali jenis cinta di dunia ini
Yang jika kita cinta, bukan lantas harus memiliki

Ada banyak sekali jenis suka, kasih dan sayang di dunia ini
Yang jika memang demikian, tidak harus dibawa pulang

Egois sekali, Kawan, jika tetap kau lakukan.
Lihatlah, tiada lagi sunset tanpa matahari
Tiada lagi indah langit tanpa purnama
Juga taman tanpa mawar merekah
Ataupun temaram malam tanpa kunang-kunang

Ada banyak sekali jenis cinta di dunia ini
Yang jika sungguh cinta, kita akan membiarkannya
Seperti apa adanya
Hanya menyimpan perasaan itu dalam hati

Selalu begitu, hingga akhir nanti.

# Tere Liye

Kamis, 17 April 2014

Memories

Di saat aku masih kecil,
Aku selalu diikuti oleh peta harta karun di dalam pikiranku.
Yang membimbingku menuju impian yang kujanjikan.
Tidak akan kalah dari seseorang yang tak dikenal.

Memang benar bahwa mimpi itu masih belum terwujud.
Namun jika dunia berganti,
Kau bisa membawaku dari saat aku tak tahu apapun.
Bawa aku bersamamu dengan begitu kenanganku tak akan pudar.



One Piece, Ending 1

Minggu, 13 April 2014

Sajak Jangan Habiskan

Kawan, jangan habiskan air mata menangisi seseorang
yang jangan-jangan tidak pernah menangis untuk kita

Jangan habiskan waktu memikirkan seseorang
yang boleh jadi tidak pernah memikirkan kita

Hidup ini memang kadang ganjil sekali,
Ada milyaran orang, tapi kita menambatkan hati
Ada berjuta kesempatan, tapi kita memilih satu saja

Hidup ini memang kadang rumit sekali,
Ada banyak hari esok, tapi kita tidak beranjak
Terlalu banyak hari kemarin, tapi kita terus terbenam

Aduhai, hidup ini memang kadang menyebalkan sekali,
Ada begitu banyak tempat, tapi kita masih di situ-situ saja
Ada begitu banyak pilihan kendaraan, tapi kita tidak segera naik
Masih saja di sana. Menatap kosong kesibukan sekitar.

Sungguh, jangan habiskan waktu kita
Untuk seseorang yang tidak pernah tahu
Bahwa kita menghabiskan waktu demi dia.

# Tere Liye

Kamis, 10 April 2014

Rambut Ayah Dan Ibu Mulai Memutih

Engkau ingat, Ibu, Engkau mengandungku dari aku masih janin hingga aku bayi, 9 bulan lamanya dalam rahimmu. Tak pernah kau gusar merawatku. Tak pernah kau menyesal akan kehadiranku. Tak pernah marah meski sesekali ku menendang – nendang dalam perutmu. Justru Engkau tersenyum bahagia sekali dengan tingkahku.
Engkau Ingat, Ayah, Engkau berkerja banting tulang. Mencari penghidupan demi menjaga asupan untuk diriku. Yang tengah bertanya – tanya, siapa orang tuaku ? seperti apakah wajah mereka ? Karena sekelilingku masih dinding rahim Ibu yang melindungiku. Dan masih terjaga dari hembusan dunia luar.
Kini aku telah mengeja kata, menghitung angka dan menabung langkah. Aku juga telah mengenal wajah. Wajah kalian. Memahami segala perasaan dari cahayamu. Senang, sedih, marah, bahagia dan senyuman. Semua yang kalian curahkan hanya untukku. Dengan berjuta kasih sayang. Meski terkadang sesekali aku membuat kesal. Karena menuruti egoku yang penuh api, aku sampai pernah membuatmu menitikkan air mata. Namun kalian tetap mencurahkan segalanya untukku.
Sekarang aku tengah di perantauan. Mendaki gunung kehidupan untuk menuju puncak kemenanga. Dorongan dan semangat kalian telah membawaku hingga saat ini. Begitu besar jasa kalian, yang takkan pernah bisa kubalas semuanya. Meski segunung emas permata kuberikan,itu pun mungkin secuil dari apa yang telah kalian berikan kepadaku hingga kini. Hingga ku dapat berjalan sendiri dan terlepas dari belenggu utnuk mulai menjajak di tanah baru.
Ayah, Ibu, kini rambutmu telah memutih. Saatnya untuk dirimu mengistirahatkan punggungmu. Dan saatnya aku menggendongmu. Membawamu menjalani segala pahit manis yang diberikan Tuhan kepada kita. Hingga pada akhirnya aku bisa membalas budi kalian, meski nantinya sampai rambutku ikut memutih dan habis termakan usianya. Hanya satu yang ku ingin, untuk kebahagiaan kalian. :’)

Selasa, 08 April 2014

Hujan Sore Hari

Butiran kristal berkumpul bersama mendung yang bergulung - gulung. Mencair.dan meneteskan butiran yang membasahi pundakku. Sore ini, engkau pun turun lagi. Wahai hujan.
Pesanmu, lewat tetes airmu mengalir di sela tepi dedaunan. Merambat turun lewat tembok rumahku, menetes juga dari genting atapku, dan menggenang di halaman rumahku. Awanmu menderu ungu di angkasa sana. Anginmu menggebu bersama dinginnya hawa sore hari.
Hujan.
Kau biarkan airmu membasahi mereka yang kering. Mengaliri mereka yang gersang. Membangunkan mereka yang murung. Melepaskan dahaga yang menggerogoti relung - relung jalanan. Namun, apa yang telah kau dapat dari semua itu ? Tak ada. Mungkin hanya senyuman. Tau mungkin justru malah celaan yang tak henti - hentinya dilemparkan padamu. Karena tetesanmu meruntuhkan semua rencana mereka. Kesenangan mereka. Kepentingan mereka. Atau bahkan harapan mereka.
Hujan.
Gemuruhmu adalah ketegaranmu. Dengan beribu hujaman, kau tetap tak kenal lelah mengirimkan rezeki. Menyampaikan pesan dari Tuhan. Menggenangkan tiap kata dalam rintik - rintik. Menggoreskan kalimat tiap luapan. Dang mengingatkan tiap kilatan.

Senin, 07 April 2014

Memories

Di saat aku masih kecil,
Aku selalu diikuti oleh peta harta karun di dalam pikiranku.
Yang membimbingku menuju impian yang kujanjikan.
Tidak akan kalah dari seseorang yang tak dikenal.

Memang benar bahwa mimpi itu masih belum terwujud.
Namun jika dunia berganti,
Kau bisa membawaku dari saat aku tak tahu apapun.
Bawa aku bersamamu dengan begitu kenanganku tak akan pudar.


One Piece Ending 1

Sabtu, 05 April 2014

Mawar

Mawar, Bunga yang begitu indah.
Lambang cinta dan kebahagiaan.
Mahkotanya, adalah Permata dan pengetahuan yang begitu luas.
Tangkai duri, merupakan perlindungan dan ketegaran hati yang kuat.
Kasih Sayang, yang membuatnya indah laksana berkah.
Dan Perjuanganlah, yang mengharumkan nama Sang Mawar.
Hingga saat ini, Hingga detik ini .....

Author : Rio Suryo W

Jumat, 04 April 2014

Pantulan Cermin

Cermin.
Menunjukkan Siapa kita sebenarnya.
Memperlihatkan Apa kita sebenarnya.
Mengingatkan Bagaimana kita seharusnya.
Memantulkan Kelakuan kita Setiap harinya.

Dunia hanya ilusi, Dunia tiadalah abadi.
Mari kita bercermin dan berbenah diri.
Menjadi pribadi yang baik dan lebih baik lagi.

Author : Rio Suryo W

Rabu, 02 April 2014

Fantasia

Hai, hari ini sang surya tersenyum bersama pagi.
Merpati dan Kenari bernyanyi bersahutan.
Melantunkan nada tetesan embun pagi berjatuhan.

Hai, pintu imajinasi terbuka lebar di ufuk mata.
Ayo berlari, terbang, dan tersenyumlah.
Aku melihat, air mata dibalik senyummu itu.

Lihat, Apakah itu ?
Sebuah Istana
Istana berkemilauan es menghiasinya.
Istana dengan senyum mentari dan senja hari.

Lihat, Apakah itu ?
Seekor kuda putih
Kuda seputih butiran salju Antartika
Kuda secepat hembusan dan kegembiraan.

Dan Lihat, Siapakah itu ?
Selayaknya kita, selayaknya mereka.
Tengah duduk bertahta mahkota.
Bergandeng menyongsong negeri Permata.

Dan Lihatlah, Dimanakah itu ?
Di ujung masa depan.
Cerah, hangat, terisikan jutaan emosi.
Hasrat, serta kilauan cahaya Bumi Fantasi.


Author : Rio Suryo W