Minggu, 29 Desember 2013

Petualang Cuban Rondo

3 hari 2 malam. Naik gunung, dan menyusuri lembah - lembah teduh berkabut. Anginnya berhembus sepoi. Meniup segala insan yang berpijak di kaki gunung hingga ke tulang - tulangnya.

Matahari sembari tersenyum muncul dari peraduannya. Menerangi abu - abunya lembah bertirai kabut pagi. Semangat mengantarkan kaki - kaki pemijak ini untuk menyusuri karpet hijau. Karpet panjang penunjuk menuju titik penanaman nilai. Jiwa "Tiada Tanding" ini pun melangkahkan langkah pertama menuruni jalan - jalan lembah. Tanah yang gundul dengan sedikit rumput di kulitnya serasa bersahabat, tak keluh dipijak, tak marah dijajak. Bersama nyala "Kuning"nya, menelusuri hutan, mendaki kaki bukit, lewati lembah dan sebrangi sungai yang mengalir indah. Demi tujuan ilmu yang begitu berharga.

Suara jangkrik mulai berdendang. Kunang - kunang mulai berpesta, menyambut cerahnya langit malam bertaburan rasi bintang. 1, 2, 3, tak terhitung jumlah bintang yang nampak. Tak seperti tahun sebelumnya, dan tahun sebelumnya, terbalut awan mendung yang begitu tebal. Hingga selalu turunkan hujannya membasahi tempat kaki ini berpijak. Namun malam ini begitu cerah dan tak tampak sehelai mendung pun. Dan pohon - pohon menjulang tinggi ke atas. Para "Pembawa Perubahan" telah siap di peraduannya guna menanam bibitnya di "Pot - Pot" muda.

Jalanan dini hari yang sepi, gelap, merekah merona di sekitar nyala lilin - lilin malam penerang jalan. Terdengar langkah - langkah kaki para "Penerus". Penerus yang siap mengikis masa depan. Dengan wajahnya yang begitu siap, meski terhalang, mereka rela melawan dinginnya angin yang membekukan otak, menyusuri gelap, menghalau halang rintang guna mendapat ilmu Pembawa Perubahan. Tertunduk, tertegun, tertawa dan takjub. Mendapat semua yang didapatnya kemudian. Hingga Fajar, hingga mentari tersenyum lagi, terus menyusuri jalurnya. Menyusuri sungai, merangkak, untuk berdiri di Puncak Air Terjun.

0 komentar:

Posting Komentar